Dalam dunia otomotif, ada satu hal menarik yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Dalam hal membeli kendaraan, sebagian besar masyarakat Indonesia lebih mengutamakan fungsi (manfaat) ketimbang gengsi. Tak heran bila akan bepergian ke satu tempat, hampir seluruh anggota keluarganya turut serta.
Minimal, yang ikut dalam mobil tersebut lima orang, terdiri dari suami, isteri, dua orang anak dan seorang pembantu. Karenanya, penjualan kendaraan serbaguna (Multi Purpose Vehicle/MPV) dan Sport Utility Vehicle (SUV) di Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan jenis lain seperti sedan.
Hal ini berbeda dengan negara Malaysia. Penduduknya lebih banyak menggunakan kendaraan sedan dibandingkan jenis kendaraan lain. Karena itu pula, Proton Edar Sdn Berhad, produsen mobil merek Proton asal Malaysia, memproduksi sejumlah kendaraan sedan untuk pasarnya di Malaysia dan beberapa negara lainnya.
Selama kurang lebih 25 tahun sejak pertama kali berdiri, Proton Edar Sdn Berhad telah memproduksi kurang lebih 17 model (produk). Antara lain Saga (Iswara) tahun 1985, Wira (1993), Perdana (1994), Satria (1995), Acquire Lotus dan Tiara (1996), Satria dan Perdana V6 (1998), Waja (2000), Juara (2001), Arena (2002), Gen 2 (2004), Savvy dan Chancellor (2005), Satrio Neo (2006), Persona (2007) dan Saga (2008).
‘’Selama ini, kami banyak memproduksi kendaraan jenis sedan dan dipasarkan di seluruh dunia, seperti Asia, Eropa, Afrika dan Timur Tengah,’’ kata Managing Director Proton Holdings Berhad, Dato’ Syed Zainal Abidin Syed Mohamed Tahir, kepada sejumlah wartawan Indonesia yang mengunjungi pabrik Proton di Shah Alam dan Tanjong Malim, Malaysia, 10-12 Juni lalu.
Penasaran dengan sejumlah kendaraan yang diproduksi Proton, para wartawan berusaha mencecar pertanyaan seputar kendaraan jenis MPV kepada Dato’ Zainal, mengapa Proton belum memproduksi kendaraan jenis MPV?
‘’Sebenarnya, kami pernah memproduksi kendaraan jenis MPV pada tahun 2001 yang diberinama Juara,’’ lanjut Zainal. ‘’Dan kami sudah mempelajari kondisi masyarakat Indonesia. Rencananya, tahun depan (2009, red) kami akan mencoba memproduksi kendaraan jenis MPV dan juga akan dipasarkan di Indonesia,’’ lanjutnya.
Zainal menjelaskan, pasar otomotif di Indonesia memang berbeda dengan Malaysia. Di Malaysia, penjualan kendaraan lebih didominasi kendaraan jenis sedan. Sementara untuk kendaraan jenis MPV sebagian besar didatangkan (impor) dari negara lain seperti Jepang, Korea, China, Jerman dan Indonesia. Di pasar Indonesia, Proton telah memperkenalkan sejumlah produknya. Antara lain, Wira (taksi), Waja, Neo, Gen 2 dan Savvy. Produkproduk tersebut cukup digemari di Indonesia.
Karena itu, untuk lebih mendekatkan Proton dengan pasar Indonesia, kata Zainal, pihaknya tertarik untuk memasarkan jenis kendaraan MPV di Indonesia. Zainal menjelaskan, produk itu kini juga telah didesain dan sedang dikembangkan di pabrik Proton. Namun, Zainal belum bersedia menyebutkan nama produk tersebut.
Seperti apa bentuk atau model dari MPV yang akan diproduksi Proton itu? Pihak Proton sengaja menyembunyikan konsep dan model MPV tersebut. Beruntung, beberapa wartawan Indonesia termasuk Republika berhasil memotret satu maket (clay) konsep mobil MPV itu yang diletakkan di sebuah sudut tersembunyi. Dari bentuknya, tampaknya mobil jenis MPV itu mirip seperti Nissan Grand Livina atau Kijang Innova. Hanya saja, berapa panjang dan lebarnya, belum bisa diketahui secara pasti.
Sementara itu, menyambut the 16th Indonesia International Motor Show (IIMS) 2008, Proton Edar Indonesia segera meluncurkan produk terbarunya di segmen sedan. Produk tersebut bernama Persona bermesin 1.6 liter dengan teknologi Campro IAFM. ‘’Kami optimistis, produk baru ini kami sangat diminati oleh konsumen Indonesia. Selain desainnya yang bagus, harganya juga sangat kompetitif,’’ kata Presiden Direktur Proton Edar Indonesia, Djunaedi Hadiwidjaya.
Di Malaysia, Proton Persona ditawarkan dengan harga 30-40 ribu ringgit Malaysia (RM) atau sekitar Rp 105-140 juta (kurs 1 RM sama dengan Rp 3.500). sya