KEMASUKAN air pada mesin sebenarnya masih dapat ditoleransi sampai pada ukuran tertentu. Namun, air yang dimaksud di sini bukan sembarang air melainkan air murni.
Pada prinsipnya, air dengan ukuran tertentu akan segera berubah menjadi uap ketika memasuki ruang bakar, karena ruang ini memiliki suhu di atas titik didih air. Pemanfaatan air ini bahkan bukan hal yang baru lagi dan dikenal dengan sebutan water injection (Wa-i).
WA-i dimaksudkan untuk mempercepat proses pembakaran pada mesin melalui kandungan oksigen yang dilepas air ketika mengalami penguapan. Hal ini terutama digunakan dengan tujuan mengurangi efek ngelitik pada mesin.
Namun, Wa-i akan menimbulkan masalah pada saat mesin Idle atau tidak menjalankan putaran mesin. Tentu saja, karena sistem Wa-i yang merupakan tambahan pada mesin tidak dibuat bersinergi dengan sistem elektrik kendaraan.
Dengan demikian, air akan terus dipompa ke dalam mesin, padahal mesin sedang tidak dipacu menghasilkan daya dorong kendaraan. Akibatnya, air yang disuntikkan ke ruang bakar akan bertumpuk dan malah dapat merusak mesin.
Menghadapi masalah tersebut, biasanya para modifikator menciptakan Wa-i yang dapat bekerja bersinergi dengan putaran mesin. Hal ini antara lain membutuhkan tambahan komponen seperti katup untuk mengatur banyaknya air yang mengalir dari tangki dan auto relay yang sejalan dengan RPM.
Auto relay biasanya dibuat sejalan dengan arus negatif dari coil atau keluaran dari kabel penghubung RPM. Pengendalian dari kabin kemudi dapat dicapai dengan memasang saklar dan lampu indikator.
Pada beberapa percobaan, modifikasi Wa-i tersebut ternyata tidak terlalu banyak berpengaruh pada gas buangan kendaraan. Ada kalanya, kandungan hydrocarbon emisi kendaraan meningkat, namun hal ini dapat diatasi dengan cara mengurangi debit air yang dialirkan ke ruang bakar. [berbagai sumber/Y-5]