RADIATOR pada dasarnya hanya berfungsi menjaga suhu mesin tetap normal. Komponen otomotif ini menjaga suhu udara dengan cara menyalurkan air dari tempat yang dingin ke lingkungan di sekitar mesin yang memproduksi panas seperti ruang bakar dan lainnya.
Sayangnya, volume ari penjaga suhu mesin yang tersimpan di dalam tangki radiator ini tidak abadi. Selain menguap, seringnya air ini berkurang akibat kebocoran. Bila kondisi ini tidak mendapat perhatian, mesin akan loyo dan kehilangan tenaga akibat panas yang jauh di atas normal. Akibatnya, kendaraan menjadi boros bahan bakar. Sejak ditemukan, radiator memiliki bentuk yang tidak banyak berubah dari satu generasi kendaraan ke generasi berikutnya. Sebelum sistem injeksi ditemukan, banyak pihak khawatir jika berada dekat dengan radiator yang mengalami over heat alias kepanasan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pengemudi harus menggunakan kain untuk memutar perlahan penutup karburator. Kemudian, agar tekanan tabung tidak terlalu besar, para pengemudi mencoba mengatasinya dengan cara menghidupkan mesin. Kalau pun ada kebocoran, biasanya ditambal dengan menggunakan sabun colek.
Seiring dengan perkembangan teknologi, radiator pun berkembang menjadi lebih “manusiawi”. Pengemudi tidak lagi berhadapan dengan ancaman ledakan tabung radiator. Pasalnya, tabung radiator kendaraan saat ini dilengkapi botol cadangan air.
Sayangnya, tidak semua pemilik kendaraan terbiasa dengan keberadaan botol ini. Pengisian air radiator seharusnya hanya melalui botol cadangan ini. Karena, selain aman, cara pengisian ini dapat mengurangi masuknya kotoran dan udara penyebab karat ke dalam tabung radiator. Pada kendaraan premium, air radiator sebaiknya menggunakan cairan yang bebas material katalis korosi. [Y-5]