Kondisi lalu lintas di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia dari hari ke hari semakin parah.Dalam kondisi lalu lintas seperti itu, menggunakan transmisi otomomatis jauh lebih nyaman dan tidak melelahkan.
Faktor utama yang mendorong produsen mobil melengkapi varian produknya dengan transmisi otomatis (matic) tidak lain adalah kemudahan dan kenyamanan.
Khususnya pada saat jalanan berada pada kondisi macet, pengemudi tidak perlu lagi bersusah payah mengendalikan tiga pedal.
Pasalnya mobil matik hanya memakai dua pedal saja, yaitu rem dan gas.
Saat ini, mobil bertransmisi otomatis sudah banyak ditemui di Indonesia, mulai dari yang paling murah sampai yang berharga miliaran rupiah.
Namun, bukan berarti mereka yang sudah mahir mengemudikan transmisi manual, langsung biasa dengan transmisi matic.
Pada awalnya menjalankan mobil bertransmisi otomatis mungkin tidak terlalu mudah, namun bisa dipelajari dengan cepat.
Sebelum menyetir, pengemudi harus mengetahui tulisan yang ada pada tuas persneling. Ini sangat penting karena menyangkut pengendalian kendaraan.
Umumnya transmisi otomatis memiliki pilihan posisi tuas dalam enam fungsi, yakni P, R, N, D, 2, dan L.
Moda P (parkir, park) digunakan saat kendaraan parkir dan menghidupkan mesin. Untuk memakai P harus ditunggu sampai mobil benar-benar berhenti.
Jika mobil masih berjalan, dan transmisi dipaksakan ke posisi P, maka transmisi akan mengalami kerusakan.
Tuas persneling pada posisi R artinya mobil siap untuk berjalan mundur atau reverse .
Saat menggunakannya harus dipastikan mobil dalam kondisi berhenti. Selanjutnya posisi N berarti mobil dalam kondisi netral.
Umumnya digunakan saat menghidupkan mesin atau saat berhenti di lampu merah. Pada posisi transmisi N sangat direkomendasikan untuk memfungsikan rem tangan karena mobil masih bisa bergerak.
Untuk menjalankan kendaraan, pengemudi harus memindahkan tuas persneling ke posisi D yang berarti drive.
Gigi persneling akan berpindah secara otomatis dari persneling satu sampai posisi tertinggi sesuai kecepatan putaran mesin.
Bila kendaraan melalui jalanan menurun atau tanjakan, sebaiknya pindahkan tuas ke posisi 2 atau gigi persneling rendah.
Pada posisi ini berlaku engine break sehingga tidak perlu sering menginjak rem. Perpindahan persneling secara otomatis hanya terjadi pada gigi satu dan gigi dua. Karenanya jangan melaju dengan kecepatan melebihi 80 kilometer per jam.
Tuas persneling L atau Low bisa dipakai saat kendaraan mengarungi turunan curam atau tanjakan terjal, misalnya jalanan pegunungan.
Pada posisi ini jangan memacu kendaraan melebihi kecepatan 40 kilometer per jam untuk mesin diesel dan 60 kilometer per jam bagi mobil berbahan bakar bensin. Alasannya, posisi L berarti transmisi bekerja pada posisi gigi satu saja.
Nah, kalau Anda sudah mahir menggunakan persneling matic, dijamin Anda akan berguman sendiri, ternyata menggunakan transmisi matic jauh lebih enak dari manual dan bisa mengurangi stres dijalanan. [Dari berbagai sumber/O1]