Saat ini, sangat mudah untuk mendapati SPBU (stasiun pompa bensin umum). Apalagi di kawasan perkotaan, tak lebih dua kilometer, tersedia pom bensin (demikian sejumlah kalangan menyebutnya) dengan fasilitas pompa digital dan pelataran yang luas.
Namun, pernahkah terpikir bahwa bila salah pilih SPBU, Anda bisa sangat dirugikan. Rugi karena bensin uyang terbeli bisa saja berkualitas buruk dan meter pengukur pada pompa SPBU pun berjalan tak sesuai standar.
Telah menjadi rahasia umum, bahwa kala distribusi bahan bakar minyak (BBM) berlangsung, kala itu pula tindak pidana berjalan. Bensin dari Pertamina dicampur dengan minyak tanah sehingga angka oktannya turun. Ini dilakukan komplotan untuk meneguk keuntungan berlipat ganda. Seperti halnya ‘argo kuda’ yang sering diterapkan perusahaan taksi nakal, demikian pula meter pompa SPBU, sering tak luput dari tindak kenistaan tersebut. Misalnya, ukuran penunjuk satu liter tapi sebetulnya jumlah BBM yang masuk kurang dari volume tersebut.
Lalu, bagaimana mengetahui bahwa BBM mobil berkualitas buruk dan jumlahnya pun tak sesuai takaran. Sebetulnya, dengan beberapa pengamatan dan pengujian sederhana pada mobil bersangkutan, bisa diketahui kemungkinan itu. Berikut beberapa hal yang perlu menjadi perhatian konsumen kala memilih SPBU.
Curigai bila tiba-tiba mobil ngadat
Mobil ngadat, memang bisa karena banyak penyebab. Namun, bila proses perawatan (khususnya mesin) telah dijalani sesuai standar dan performa mesin dalam keadaan prima, tiba-tiba mesin terasa bekerja tidak maksimal, kecurigaan perlu langsung ditujukan pada kualitas BBM. Performa mesin ndut-ndutan, seperti gejala pengapian tak maksimal. Munculnya bunyi nglitik terus menerus sementara gigi persneling tepat posisi. Tiba-tiba knalpot berasap. Mobil susah distater di pagi hari, sedang kondisi mesin sebelumnya prima. Bila gejala-gejala itu yang muncul maka kecurigaan akan buruknya kualitas BBM menjadi yang utama. Segera pindah SPBU langganan menjadi kewajiban yang mendesak dalam menghadapi kondisi ini.
Mobil boros BBM
Mobil harian, umumnya menempuh perjalanan yang relatif sama setiap harinya. Termasuk menjalani rute macet, akan terulang dalam kala tertentu secara tetap. Karena itu, biasanya pemilik mobil akan paham, seberapa besar konsumsi BBM mobilnya setiap harinya. Bila tiba-tiba mobil terasa boros, sementara performa mesin tak mengalami gangguan, maka kecurigaan perlu ditujukan pada meter pompa SPBU yang terakhir Anda singgahi. Sebab, walaupun menggunakan sistem digital, terbukti banyak SPBU yang curang. Mereka menerapan argo kuda pada pompa bensinnya.
Menghadapi itu, cobalah amati betul cara petugas menuangkan BBM ke mobil Anda. Catat meter spedometer mobil dan hitung rata-rata konsumsi BBM. Bandingkan dengan rata-rata konsumsi BBM sebelumnya. Bandingkan pula dengan SPBU lainnya. Ganti SPBU langgangan ketika kecurigaan terjadinya argo kuda mulai timbul.
Ganti SPBU langganan
Bila dua kondisi di atas Anda alami, satu-satunya rekomendasi adalah mengganti SPBU langganan. Sekarang, terhampar banyak SPBU dengan jarak tak berjauhan. Lalu, bagaimana cara memilih SPBU paling ideal di antara sejumlah SPBU nakal yang terus beroperasi itu?
Pilihlah SPBU di mana banyak disinggahi kendaraan umum, mulai bajaj, mikrolet, metro mini, hingga taksi. Para pengemudi angkutan umum, ternyata lebih peka dalam soal konsumsi BBM yang mereka perlukan. Bayangkan sehari berjalan 200 sampai 300 km (untuk angkutan umum di Jakarta), pasti meraka akan sangat detail dalam urusan konsumsi BBM itu.
Biasanya SPBU yang disinggahi angkutan umum adalah relatif tepat penaraannya. Risikonya memang kadang harus berjejelan dengan mereka yang tak memiliki etika antre yang baik. Tapi, pilihan itu bisa mengurangi kemungkinan kerugian lebih banyak akibat penaraan yang tak benar. Untuk mengetahui kualitas BBM, cara termudahnya adalah mengamati performa mesin mobil bersangkutan. Bila terjadi gangguan dengan kemungkinan turunnya angka oktan, maka pengantian SPBU langganan menjadi keharusan.
( bid )